Home / Kab. Tasikmalaya / Dengan Semangat Sumpah Pemuda : Hindari Perpecahan Bangsa
IMG-20171103-WA0006

Dengan Semangat Sumpah Pemuda : Hindari Perpecahan Bangsa

Kabupaten Tasikmalaya, tasikzone.com-28 Oktober 1928, Delapan Puluh Sembilan tahun yang lalu, sebanyak 71 pemuda dari seluruh tanah air berkumpul di sebuah gedung di Jalan Keramat Raya Daerah Kwitang Jakarta untuk mengikrarkan diri mereka sebagai Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa, yaitu Indonesia. Ikrar tersebut begitu monumental bagi sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, yang nantinya, 17 tahun kemudian, melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu pada Tanggal 17 Agustus 1945. Narasi sejarah tersebut disampaikan oleh Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum saat membacakan Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Imam Nahrawi dalam Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-89 Tingkat Kabupaten tasikmalaya yang berlangsung di Halaman kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Senin (30/10/17).

Dalam kesempatan tersebut hadir Wakil Bupati Tasikmalaya H.Ade Sugianto, S.IP., Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd., Anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya Arif Rachman, Para Kepala SKPD dan BUMD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, dan sejumlah anggota Ormas, dan tamu undangan lainnya.

Menpora menuturkan, dalam catatan sejarah, Sumpah Pemuda dibacakan pada arena kongres pemuda ke-2, dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama dan daerah , dari Belahan Barat Indonesia terdapat nama Mohammad Yamin seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto Sumatra Barat, yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, dan dari  Belahan Timur Indonesia kita menemukan pemuda bernama Johannes Leimenna kelahiran Kota Ambon Maluku yang mewakili organisasi jong Ambon. “Dapat dibayangkan pada saat itu, untuk bertemu dalam sebuah kongres pemuda dibutuhkan jarak tempuh yang berminggu-minggu karena masih mengandalkan kapal laut, dengan mengandalkan alat komunikasi syang masih terbatas karena masih mengandalkan korespondensi memalui kantor pos. Para pemuda waktu itu memiliki berbagai latar berbda dari suku, agama, Bahasa, dan adat istiadat yang berbeda, namun perbedaan itu tak menghalangi mereka untuk bersatu demi cita-cita besar yaitu Indonesia, “ujar Menpora.

Menpora, sebagai bangsa, kita patut bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang telah melahirkan sumpah pemuda. “Sudah sepatutnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya. Bandingkan dengan era sekarang, sarana transportasi sangat mudah untuk mencapai ujung timur hingga Ujung Barat Indonesia hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja, untuk berkomunikasi dengan pemuda di daerah lain cukup dengan alat komunikasi saja tidak perlu menunggu datangnya tukang pos hingga berbulan-bulan, interaksi sosial dapat dilakukan dalam 24 jam, kapanpun dan di manapun, “imbuh Menpora.

BACA JUGA   MPK Menilai Anggaran Covid-19 Di Kabupaten Tasik 'Gelap'

Namun menpora menyayangkan,  dengan kemudahan yang ada sekarang, justru kita lebih sering berselisih paham, mudah sekali memvonis orang, mudah sekali berpecah belah, saling mengutuk satu dengan yang lain, menebar fitnah dan kebencian. Seolah-olah kita dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau ,atau berada di ruang isolasi yang tak terjamah atau terhalang oleh tembok raksasa yang tinggi, dan tebal hingga tak bisa ditembus oleh siapapun. “Padahal dengan kemudahan teknologi dan trnsformasi yang kita miliki seharusnya dapat memudahkan untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan berinteraksi sosial, “kata Menpora.

Menpora mengingatkan pesan Presiden Soekarno: “Jangan mewarisi abu sumpah pemuda, tapi warisilah api sumpah pemuda. Kalau saudara-saudara hanya mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu Bahasa, satu bangsa dan satu tanah air, tapi itu bukan tujuan akhir. Menurut Menpora, pesan ini sangat mendalam bagi generasi muda bangsa Indonesia

“Api sumpah pemuda harus terus kita ambil dan kita nyalakan, kita harus berusaha melawan segala bentuk upaya untuk yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangasa. Kita juga harus berani melawan ego kesukuan, keagamaan, dan kedaerahan kita. Ego ini lah yang yang kadangkala mengemuka dan menggerus pesatuan dan kesatuan bangsamari kita kokohkan persatuan dan kesatuan bangsa, Stop segala bentuk perdebatan yang mengarah pada perpecahan bangsa. sudah saatnya kita melangkah kepada tujuan besar yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, “tegas Menpora.

Usai memberikan sambutan, Bupati menyerahkan penghargaan kepada Juara 2 Liantas Jambore Satpol PP Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 yang diterima Kepala Bidang Sumber Daya Aparatur dan Linmas Satpol PP Kabupaten Tasikmalaya, Budi Arifin.

About admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *