Home / Opini / Hari Ini Milik Kita
PhotoGrid_1542255486220

Hari Ini Milik Kita

Oleh: Rifyal Luthfi MR.

Terkadang sesuatu yang kita miliki tentu akan diklaim bahwa itu adalah milik kita, baik istri, suami, anak, kakak, adik, saudara, bahkan kedua orang tua, termasuk barang-barang seperti rumah, mobil, motor, tanah dan lain sebagainya. Namun secara hakiki semuanya itu adalah titipan dari Yang Maha Kuasa, tanpa sedikitpun kita memilikinya terkecuali apa-apa yang kita bawa sejak lahir, yakni potensi kebaikan dan potensi keburukan dalam diri kita.

Dari waktu ke waktu, terkadang diri kita terlalu terlena dengan kehidupan dunia yang semakin tua dan semakin kelihatan tanda-tanda kehancurannya. Hari ini semakin terlihat jelas dipelupuk mata kita perbedaan alam dulu dan sekarang. Pertanyaannya semakin baik kah atau semakin buruk kah diri kita? Terlalu memikirkan masa depan dan menyesali hal yang telah lalu rasanya akan semakin menyiksa diri kita. Pertanyaan berikutnya ‘Apa yang seharusnya kita lakukan?.

Apabila kita berada pada pagi hari, kerjakanlah apa yang harus dikerjakan. Jangan sampai menunggu petang hari. Hanya hari ini saja kesempatan kita untuk hidup bukan hari kemarin yang telah pergi dengan membawa kebaikan dan keburukannya, dan bukan pula hari esok yang belum tiba saatnya. Hari yang mentarinya menyinari kita dan siang harinya menemui kita pula, hanya itulah hari untuk kita.

Usia kita adalah sehari, maka tanamkanlah dalam lubuk hati kita bahwa hanya satu hari ini saja kita hidup seakan-akan kita dilahirkan dan meninggal dunia pada hari yang sama. Bila perasaan ini telah tertanam dalam hati kita, niscaya perjalanan hidup kita tidak akan terombang-ambing di antara mimpi buruk dimasa lalu berikut dengan kesedihan dan kesusahannya dan kekhawatiran masa depan dengan bayangannya yang menakutkan serta gerakannya yang menggetarkan. Hanya untuk hari inilah kita harus memusatkan konsentrasi, perhatian, kreativitas, jerih-payah, dan kesungguhan kita. Oleh karena itu, demi untuk hari ini kita harus menyajikan shalat yang khusyu, membaca Alquran dengan merenungi maknanya, menelaah disertai dengan renungan, dzikir dengan hati sepenuhnya, bersikap seimbang dalam mengatasi berbagai urusan, berakhlak baik, ridho dengan rizki yang diberikan, membenahi penampilan, memperhatikan kesehatan jasmani, dan memberi manfaat yang berguna bagi orang lain dan makhluk disekitar kita.

BACA JUGA   Detik Berlalu (TS)

Untuk hari yang sedang kita jalani, hendaknya kita membagi jam-jamnya seakan-akan bernilai beberapa tahun dan detik-detiknya seakan-akan bernilai beberapa bulan. Kemudian, tanamkanlah kebaikan di dalamnya, tebarkanlah kebajikan, mohon ampunlah atas dosa kita; berdzikirlah kepada Allah, dan bersiap-siaplah untuk berpulang. Jalanilah kehidupan ini dengan senang dan gembira, aman dan tenang, serta penuh denga rasa ridho dengan rizki, istri, anak-anak, pekerjaan, rumah, pengetahuan dan kedudukan kita. “Terimalah yang semua telah berikan kepada kalian dan jadikanlah kalian termasuk orang-orang yang bersyukur” (Qs. Al-Anfal:144). Kita pasti akan menjalani hidup hari ini tanpa sedih, tanpa kaget, tanpa emosi dan tanpa iri hati.

Perlu juga kiranya dalam ingatan kita dan catatan kita dimeja kerja suatu ungkapan yang berbunyi:” Hari ini milik kita.” Apabila hari ini kita makan roti yang masih hangat lagi enak, tentu kita tidak akan memikirkan roti hari kemarin yang telah keras dan basi, atau roti hari esok yang masih belum ada. Apabila hari ini kita masih dapat minum air tawar dan menyegarkan, mengapa kita masih memikirkan air hari kemarin yang telah asin dan pahit, atau menginginkan air hari esok yang tidak tawar dan masih panas?

Untuk hari ini aku akan hidup, maka wahai masa lalu yang telah pergi dan menghilang, enyahlah seperti matahari. Aku tidak akan menangisi kepergianmu dan engkau tidak akan melihatku duduk merenung untuk mengingatmu barang sejenakpun, karena engkau telah meninggalkanku, hijrah dariku, dan pergi dariku untuk selamanya tanpa kembali.

Wahai masa depan, engkau masih berada di alam ghaib, maka aku tidak akan berinteraksi dengan mimpi-mimpi. Aku tidak akan menjual diriku kepada ilusi dan bayanganmu. Hari esok masih belum ada, karena ia belum diciptakan dan masih belum disebut-sebut keberadaannya.

“Hari ini adalah dimana kita harus berbeda dengan hari sebelumnya, yakni harus lebih baik dan lebih bermanfaat.”

Hasbunallah wani`mal wakil.

About admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *