Tasik Zone Kreativitas Muda Untuk Indonesia
Related Articles
GARUT – Dua peserta seleksi calon direksi Perumda Air Minum Tirta Intan Garut periode 2025–2030 mengaku kecewa terhadap panitia seleksi (Pansel). Mereka merasa digugurkan secara sepihak dalam tahap administrasi hanya karena tidak memiliki sertifikat madya, padahal dalam syarat disebutkan “diutamakan”, bukan “wajib”.
Keduanya mendaftar untuk posisi Direktur Administrasi Umum dan Keuangan (Dirum), namun langsung dinyatakan tidak lolos sejak pengumuman awal.
“Saya kalah sebelum bertanding. Sertifikat madya itu bukan syarat wajib, tapi malah dijadikan alasan untuk menggugurkan kami,” ujar Ifan Hilmi, salah satu peserta, Kamis (17/07/2025).
Ifan menilai penggunaan istilah “diutamakan” seharusnya tidak menjadi dasar mutlak eliminasi. Ia juga meminta transparansi nilai seluruh peserta agar publik mengetahui proses seleksi berjalan adil dan profesional.
Lebih jauh, Ifan menduga adanya praktik tak sehat dalam proses seleksi, termasuk potensi keterlibatan politik. Ia menyoroti kemunculan seorang ketua partai politik yang mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat madya lalu mundur dari partai, dan kini diduga kuat bakal menduduki jabatan di PDAM Garut.
“Kalau seleksi ini benar-benar objektif, Pansel harus buka bobot penilaian secara publik. Saya dan rekan saya punya pengalaman panjang di bidang keuangan dan administrasi, bahkan salah satunya adalah manajer di perusahaan perbankan selama 15 tahun,” tegas Ifan.
Ia juga menyinggung kejanggalan lain sejak pemberhentian direksi lama hingga munculnya gugatan ke PTUN yang belum sepenuhnya terang.
“Sangat disayangkan, BUMD seperti PDAM justru terkesan jadi ajang bagi pihak yang dekat dengan kekuasaan, bukan untuk mereka yang berkompetensi,” pungkasnya. (***)
