Tasikzone.com – Di tengah tren gerakan mahasiswa yang kerap terjebak dalam simbolisme dan formalitas kampus, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat IAIT menghadirkan pendekatan berbeda. Melalui program “PMII Back to Masyarakat”, mereka berupaya turun langsung menyatu dengan kehidupan masyarakat, khususnya di kalangan akar rumput.
Ketua PMII IAIT, M. Sabiq Awwalin, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk koreksi terhadap praktik gerakan mahasiswa yang lebih banyak berhenti di ranah diskusi.
“Terlalu banyak gerakan mahasiswa yang hanya berhenti di spanduk dan seminar. Kita perlu kembali membumi—bekerja bersama rakyat, bukan hanya bicara atas nama mereka,” ujarnya.
Mengusung tema “Langkah Kecil, Arti Besar — PMII Mengabdi, Yatim Berbahagia,” kegiatan ini digelar di Kampung Bandung, Kelurahan Tamansari, melibatkan kader dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan.
Mereka turut mengurus logistik, bazar UMKM, hingga dekorasi Haflah Akhirusanah dan Peringatan Muharram bersama warga dan Yayasan Miftahussalam.
Ketua Rayon Syariah, Ilham Maulana, menegaskan pentingnya peran mahasiswa dalam pengabdian nyata.
“Perubahan tak cukup hanya disuarakan dari kampus. Ia harus lahir dari keterlibatan langsung di masyarakat,” ucapnya.
Agenda berlanjut ke hari kedua dengan keterlibatan aktif dalam Tabligh Akbar dan santunan yatim piatu. PMII juga menjadi penghubung antara warga dan institusi negara melalui penyaluran 50 paket sembako dari Kapolres Kota Tasikmalaya.
Tak hanya bernuansa religius, kegiatan juga ditutup dengan lomba rakyat yang menggambarkan kehangatan dan kebersamaan.
Ketua Pelaksana, Asep Wildan, menyatakan Mahasiswa harus hadir sebagai jembatan solusi, bukan sekadar pengamat. Di sini kami belajar langsung dari masyarakat.
Lewat kegiatan ini, PMII IAIT membuktikan bahwa pengabdian tak harus kaku dan seremonial. Mahasiswa bisa belajar dari ruang-ruang sederhana: dari pesantren, warung kopi, hingga gang sempit tempat gotong royong hidup. (***)