Home / Inspiratif / Pemuda Disabilitas Netra dari Tasikmalaya Tembus Universitas Negeri Surabaya
IMG_20250616_142252

Pemuda Disabilitas Netra dari Tasikmalaya Tembus Universitas Negeri Surabaya

Tasikmalaya – Muhamad Lutpi Alamin, pemuda penyandang disabilitas netra sejak lahir asal Kampung Situgede, Desa Cibatuireng, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, berhasil menembus Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

Prestasi Lutpi terasa semakin istimewa karena ia merupakan satu-satunya siswa dari 31 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Tasikmalaya yang lolos ke kampus negeri melalui jalur tes. Kabar kelulusan itu ia terima saat berada di kantor pesantren tempatnya belajar, sekitar pukul 15.15 WIB.

“Saat itu saya sedang di pesantren, tiba-tiba muncul pengumuman kalau saya diterima di UNESA. Rasanya tidak percaya,” ujarnya haru, saat ditemui wartawan di kawasan Jalan RSU Kota Tasikmalaya, Minggu (15/6/2025).

Lutpi merupakan alumni SLB Negeri Tamansari, Kota Tasikmalaya. Meski terlahir tanpa penglihatan, ia dikenal sebagai pribadi ulet dan santun. Ia juga aktif sebagai penghafal Al-Qur’an Juz 30 di Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah.

Perjalanan Lutpi meraih kampus impiannya penuh tantangan. SLB tidak menyediakan materi setingkat SMA yang menjadi dasar ujian SNBT. Sejak Februari 2025, ia belajar secara mandiri lewat YouTube, salah satunya dari kanal Leni Agustin, serta menggunakan aplikasi pendidikan di Google Playstore.

“Saya cari sendiri bimbingan belajar online, walaupun untuk siswa umum. Sayangnya, banyak materi ujian yang tidak diajarkan di SLB,” kata Lutpi, mengkritisi keterbatasan kurikulum bagi penyandang disabilitas.

BACA JUGA   Kembali, Beritasatu Berikan Apresiasi kepada 24 Tokoh Inspiratif 2024 di Acara Satu Inspirasi

Namun di balik kabar gembira itu, kekhawatiran soal biaya mulai menghantui. Meskipun keluarga mendukung secara moral, kemampuan finansial menjadi kendala utama untuk membiayai kebutuhan kuliah dan hidup di Surabaya.

“Kalau biaya kuliah insyaAllah kata mama sanggup, tapi untuk kebutuhan sehari-hari kami masih bingung,” tuturnya.

Sang ayah, Abdul Kodir Alamin (67), tak mampu menyembunyikan rasa haru. Namun, kondisi kesehatannya yang menurun dan usaha konveksi yang telah lama gulung tikar membuatnya tak lagi bisa bekerja.

“Bapak sudah tidak usaha… hanya bisa pasrah. Mudah-mudahan ada rezekinya,” ucapnya lirih. Kini, keluarga berikhtiar menjual sawah dan kebun demi mendukung pendidikan anak sulung mereka.

Kisah inspiratif Lutpi mendapat dukungan dari Muhamad Aqshal Setyawan, penyandang Cerebral Palsy asal Tasikmalaya yang lulus dari Universitas Perjuangan (Unper) dengan IPK 3,75.

“Selamat Lutpi… Belajar itu kewajiban, pintar itu bonus. Terus semangat, jaga adab dan semangat menuntut ilmu,” pesan Aqshal.

Ia juga menekankan bahwa UNESA merupakan kampus negeri yang telah lama mengembangkan pendidikan inklusif dengan fasilitas dan program pendampingan yang ramah disabilitas.

“Semoga ada uluran tangan dari berbagai pihak. Pendidikan tinggi adalah hak setiap warga negara, termasuk bagi penyandang disabilitas,” pungkasnya. (***)

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *