Tasikzone.com – Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya (DKKT) kembali menggelar agenda tahunan Kibar Budaya dengan mengusung tema Budi: Daya Kebudayaan. Kegiatan yang telah memasuki gelaran ke-10 ini menghadirkan pertunjukan seni dari 12 rumpun kesenian yang ada di DKKT.
Ketua Pelaksana Kibar Budaya 2025, Andi Ibo, menyampaikan bahwa gelaran tahun ini terasa lebih istimewa karena melibatkan seluruh rumpun seni dalam satu perhelatan.
“Kalau biasanya setiap rumpun tampil sendiri-sendiri, tahun ini Kibar Budaya menghadirkan semua dari 12 rumpun seni secara bersama-sama. Ada seni lukis, sastra, musik, tradisi, religi, hingga kesenian longser,” ungkap Andi, Rabu (20/08/2025).
Kegiatan ini terbagi dalam dua sesi, siang dan malam. Pada penutupan malam hari, akan digelar acara seremonial yang menampilkan sejumlah pertunjukan khas dari berbagai rumpun seni.
Andi menegaskan, tujuan utama kegiatan ini adalah menjaga eksistensi seni budaya di Kota Tasikmalaya sekaligus memberi ruang bagi lahirnya potensi baru dari generasi muda.
“Harapan kami, seni budaya di Tasikmalaya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Generasi baru harus diberdayakan agar mampu melanjutkan dan memperkaya khazanah kesenian yang kita miliki,” tambahnya.
Lebih jauh, Andi juga menitipkan pesan kepada pemerintah agar memberikan perhatian lebih kepada pelaku seni budaya, sebagaimana dukungan yang selama ini diberikan kepada dunia olahraga.
“Wali Kota memang punya perhatian pada olahraga, tapi kami berharap seni budaya juga mendapat dukungan yang sama. Sebab seni budaya adalah garda depan dalam membangun karakter masyarakat. Dampaknya sangat besar terhadap perilaku dan kehidupan sosial,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua DKKT Bode Riswandi menambahkan bahwa Kibar Budaya tahun ini memiliki perbedaan mendasar dibanding gelaran sebelumnya.
“Sejak 2015 hingga sekarang, ini adalah Kibar Budaya ke-10. Yang membedakan, kali ini semua rumpun disatukan dalam satu panggung, tidak terpisah seperti tahun-tahun lalu,” jelas Bode.
Selain itu, menurut Bode, Kibar Budaya juga menjadi ruang diskusi publik terkait wacana pembentukan Dewan Kebudayaan di Kota Tasikmalaya.
“Di Tasikmalaya sudah ada Dewan Kesenian. Jangan sampai nanti muncul dua lembaga yang justru saling bertabrakan dalam ruang kerja. Membentuk organisasi itu hak semua orang, tapi harus dipikirkan secara matang agar benar-benar membawa manfaat besar bagi Kota Tasikmalaya,” ujar Bode.
Dengan Kibar Budaya 2025 ini, DKKT berharap seni dan budaya Tasikmalaya semakin dikenal luas, mendapat apresiasi maksimal dari masyarakat maupun pemerintah, serta menjadi kekuatan utama dalam membangun identitas kota. (Gal)