Tasikzone.com – Di sebuah rumah sederhana di kawasan Cilolohan, Kecamatan Tawang, Tasikmalaya, hidup seorang kakek bernama Yahya (73).
Rambutnya memutih, langkahnya pelan, namun senyumnya tetap ramah menyambut siapa pun yang datang. Di usia senjanya, Yahya menjalani hari-hari dengan penuh kesabaran meski hidupnya serba pas-pasan.
Dulu, Yahya pernah menjadi pegawai perkebunan. Kini, setelah puluhan tahun mengabdi, ia hanya menerima uang pensiun sebesar Rp.241.000 per bulan, jumlah yang bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sebulan.
Namun, yang lebih memilukan, statusnya sebagai pensiunan ASN membuat Yahya tidak bisa mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Di data resmi, ia masih tercatat sebagai penerima pensiun, tanpa melihat bahwa nominal yang diterimanya nyaris tak mencukupi untuk hidup layak.
Kondisi Yahya menjadi potret kecil dari persoalan besar, bantuan sosial yang belum tepat sasaran. Di sinilah seharusnya pemerintah terjun langsung memastikan data di lapangan sesuai dengan kenyataan hidup masyarakat.
Suatu pagi, keheningan di rumah Yahya pecah oleh ketukan lembut di pintu. Datanglah Ustad Agus Marwan, relawan dari Yayasan Padi Nusantara, membawa sekarung beras dan sejumlah uang. Bantuan itu mungkin tampak kecil bagi sebagian orang, namun bagi Yahya, itu seperti embun di musim kemarau.
“Kami datang bukan karena ingin dipuji, tapi karena hati kami tergerak melihat kondisi seperti Pak Yahya ini. Beliau tidak meminta, hanya berusaha bertahan dengan apa yang ada,” ujar Ustad Agus Marwan. Minggu (02/11/2025)
Ia juga berharap pemerintah lebih jeli dalam meninjau kembali data penerima bantuan sosial.
“Banyak warga lanjut usia seperti Pak Yahya yang sebenarnya sangat layak dibantu. Tapi karena status administratif, mereka terlewat dari perhatian. Data perlu disesuaikan dengan realitas di lapangan,” tambahnya.
Yahya menerima bantuan itu dengan mata berkaca-kaca. “Alhamdulillah. masih ada yang peduli,” ucapnya lirih.
Kisah Yahya bukan sekadar cerita tentang kemiskinan di usia senja, melainkan juga tentang ketimpangan data dan harapan agar kebijakan sosial lebih berpihak pada kemanusiaan. (***)
Tasik Zone Kreativitas Muda Untuk Indonesia