Home / Kota Tasikmalaya / IKAL Lemhannas Priangan Timur Soroti Dua Isu Krusial Jelang Hari Jadi ke-24 Kota Tasikmalaya
IMG-20251011-WA0002

IKAL Lemhannas Priangan Timur Soroti Dua Isu Krusial Jelang Hari Jadi ke-24 Kota Tasikmalaya

Tasikzone.com – Menjelang peringatan Hari Jadi ke-24 Kota Tasikmalaya pada 17 Oktober 2025, Ketua IKAL Lemhannas Priangan Timur menilai kepemimpinan Wali Kota Viman Alfarizi dan Wakil Wali Kota Dicky Chandra telah menunjukkan langkah positif dalam membenahi tatanan birokrasi dan tata kelola pemerintahan.

Delapan bulan sejak dilantik, pasangan Viman–Dicky dinilai mulai menata struktur organisasi dengan menempatkan aparatur sesuai kompetensi dan integritas.

“Kita bisa melihat semangat pembenahan di internal pemerintahan sudah mulai terasa. Penempatan pejabat yang berbasis kompetensi menjadi sinyal baik bahwa arah pemerintahan mulai tertata,” ujar Ketua IKAL Lemhannas Priangan Timur Ustad Heryanto. Sabtu (11/10/2025)

Namun demikian, ia menilai dinamika yang muncul di balik proses mutasi dan rotasi jabatan merupakan hal wajar dalam birokrasi, selama tetap berorientasi pada profesionalisme dan pelayanan publik.

“Soal like dan dislike itu bagian dari dinamika politik kekuasaan, tapi waktu akan membuktikan apakah pejabat yang dipilih benar-benar bisa bekerja dengan sungguh-sungguh dan melahirkan terobosan inovatif,” tegasnya.

Ketua IKAL juga mengingatkan agar proses open bidding jabatan eselon II yang sedang berlangsung dijaga transparansinya.

“Proses seleksi harus kita dukung, kita awasi, dan publik perlu terus menilai. Karena dari sinilah kualitas birokrasi akan terlihat,” katanya.

Ia menilai sejauh ini Viman–Dicky masih menjaga idealisme dan integritasnya, meski tantangan kekuasaan selalu mengintai.

“Saya melihat mereka masih bersih, masih idealis. Harapannya, jangan sampai kekuasaan justru menjerumuskan pada praktik KKN. Godaan itu selalu ada, tapi pemimpin kuat adalah yang bisa menahan diri,” ujarnya mengingatkan.

Lebih lanjut, Ketua IKAL Lemhannas Priangan Timur menyoroti dua isu strategis yang perlu menjadi fokus refleksi pemerintahan Viman–Dicky di usia ke-24 Kota Tasikmalaya, yakni kemiskinan dan religiusitas.

Menurutnya, meskipun tingkat kemiskinan Kota Tasikmalaya menunjukkan tren penurunan, angkanya masih relatif tinggi yakni 11,10 persen dari total penduduk.

BACA JUGA   Buka Pembinaan STQH, Ivan Dicksan Pinta Peserta Memberikan Yang Terbaik Untuk Kota Tasikmalaya

“Akar masalahnya perlu dicari secara mendalam agar solusi yang ditempuh tepat sasaran. Persoalan utama masih seputar terbatasnya akses ekonomi dan peluang kerja,” jelasnya.

Dengan jumlah lulusan SMA/SMK sekitar 11.000 orang setiap tahun, sekitar 6.000 di antaranya tidak melanjutkan kuliah.

“Ini potensi pengangguran baru jika tidak segera ditangani. Pemerintah kota harus hadir dengan solusi nyata, misalnya melalui pelatihan keterampilan kerja sama lembaga kursus, dibiayai APBD atau CSR. Kursus tiga sampai enam bulan saja bisa membuka jalan kerja bagi mereka,” sarannya.

Selain isu ekonomi, Ketua IKAL menilai pentingnya memperkuat identitas Tasikmalaya sebagai Kota Santri. Julukan ini bukan sekadar simbol historis, melainkan fondasi nilai yang harus dijaga di tengah arus modernisasi.

“Kota Tasikmalaya punya akar religius yang kuat sejak masa Kerajaan Sukapura. Ulama-ulama besar lahir di sini. Jadi nilai-nilai keislaman harus tetap hidup dalam kebijakan dan budaya masyarakat,” ujarnya.

Ia kemudian menguraikan enam aspek yang perlu diperkuat agar predikat Kota Religius benar-benar terwujud, yakni:

1. Pemerintahan dan Kebijakan Publik yang memuat nilai religius dan melibatkan tokoh agama.
2. Pendidikan dan Kebudayaan dengan kurikulum bernilai moral dan pelestarian budaya religius.
3. Sosial dan Kemasyarakatan melalui harmonisasi umat beragama dan penguatan lembaga keagamaan.
4. Ekonomi dan Kesejahteraan berbasis zakat, infak, wakaf, dan ekonomi syariah.
5. Infrastruktur dan Lingkungan Religius dengan sarana ibadah yang memadai dan ruang publik beretika.
6. Moralitas dan Akhlak Publik melalui budaya malu, tanggung jawab sosial, dan media yang mendidik.

“Jangan sampai kita hanya merayakan hari jadi kota dengan euforia dan seremoni, tapi lupa pada hakikat pembangunan manusia dan moral. Kemiskinan dan religiusitas ini dua sisi yang harus disentuh bersamaan—agar Tasikmalaya benar-benar menjadi kota yang maju, sejahtera, dan berkah,” tutup Ketua IKAL Lemhannas Priangan Timur. (***)

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *