Home / Ragam / Diky Candra dan Panggung Kejujuran di Balik Lagu Bongkar
Screenshot_20251024_080417_Chrome

Diky Candra dan Panggung Kejujuran di Balik Lagu Bongkar

Tasikzone.com – Ada yang menarik dari Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra, dalam beberapa waktu terakhir. Di berbagai kesempatan, mantan seniman yang kini menjabat sebagai pejabat publik itu kerap melantunkan lagu legendaris “Bongkar” karya Iwan Fals.

Sebuah lagu yang bukan sekadar musik, melainkan seruan untuk membenahi sesuatu yang telah lama dibiarkan rusak.

Ironisnya, lagu itu justru terasa relevan dengan kondisi Tasikmalaya hari ini. Dalam satu panggung bersama Gubernur Jawa Barat, Diky kembali menyanyikannya, seolah ingin mengirim pesan simbolik : ada yang perlu dibongkar, bukan hanya di diri, tapi juga dalam tubuh pemerintahan itu sendiri.

Publik pun bertanya-tanya, apa sebenarnya yang ingin “dibongkar” Diky Candra ?

Dalam penjelasannya, Diky menegaskan bahwa makna “bongkar” sejatinya luas, yang pertama harus dibongkar adalah diri kita sendiri seperti, penyakit hati, keserakahan, ketamakan,”ujarnya kepada wartawan, Jumat (23/10/2025)

Ia tak menampik bahwa dirinya sering disebut sebagai “pejabat miskin”. Namun label itu tak membuatnya risau.

“Bayangkan, saya wakil wali kota tapi harus datang ke acara khitanan warga yang begitu meriah, sementara cucu saya sendiri dikhitan di klinik sederhana karena saya tak punya uang saat itu,” katanya.

Pernyataannya bukan sekadar curhat, Ia ingin menggugat mentalitas pejabat yang terjebak pada simbol kemewahan, sementara rakyat diminta berhemat atas nama efisiensi.

“Yang menyedihkan bukan karena saya tidak bisa merayakan, tapi karena kita tidak sadar bahwa ditengah riuh efisiensi seharusnya juga dilakukan pemerintah hari ini tidak perlu mewah mewah,” ujarnya.

BACA JUGA   Sengkarut Masalah Pertanian Di Kota Tasikmalaya, BEM FAPERTA UNSIL Gelar Aksi Geruduk Balai Kota

Dalam pandangan Diky, banyak yang memang perlu dibongkar bukan hanya di Pemerintah Kota Tasikmalaya, tapi juga di banyak daerah lain.

Ia mencontohkan persoalan klasik, saluran air yang tertutup karena orientasi proyek semata, tanpa memperhatikan kajian lingkungan.

“Kalau sistemnya salah, ya harus dibenahi. Kalau ada yang tersindir, tidak masalah yang penting memperbaiki,”katanya lugas.

Diky juga menyoroti pentingnya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurutnya, kunci pemerintahan yang sehat bukan hanya efisiensi, tetapi juga kreativitas dalam menciptakan sumber pendapatan baru.

Dari pengelolaan tahura (taman hutan raya), bandara, hingga rencana pengembangan biorama yang tengah digagas bersama Sekda, semuanya diarahkan untuk menggerakkan ekonomi lokal.

Namun ia tak menutup mata terhadap persoalan infrastruktur yang masih carut-marut.

“Jalan menuju Situ Gede rusak parah. Kita tahu itu, dan harus dibenahi. Tapi lagi-lagi terbentur anggaran,” akunya. Maka, langkah berikutnya adalah melobi pusat dan provinsi agar bantuan pembangunan bisa turun.

Dalam setiap kalimatnya, Diky seakan menegaskan : membongkar bukan berarti merusak, melainkan memperbaiki. Membongkar sistem yang salah agar sesuatu yang baru bisa tumbuh lebih sehat, lebih jujur, lebih manusiawi.

Dan di tengah politik lokal yang kerap kaku dan formal, “Bongkar” dari Diky Candra terasa seperti tamparan halus. Sebuah sindiran musikal untuk birokrasi yang lupa diri bahwa membenahi negeri, dimulai dari keberanian membongkar diri sendiri. (***)

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *