Home / Inspiratif / Dari Anak Buruh Tani Jadi Jenderal : Kisah Inspiratif Mayjen TNI (Mar) Supriyono
IMG-20251008-WA0025

Dari Anak Buruh Tani Jadi Jenderal : Kisah Inspiratif Mayjen TNI (Mar) Supriyono

Tasikzone.com —Di sebuah dusun kecil di Tlogo Lor, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, seorang anak buruh tani menatap langit biru setiap pagi sembari membantu orang tuanya di ladang.

Tak pernah terbayang bahwa langkah kecil dari tanah sawah itu suatu hari akan membawanya ke samudra kehormatan mengenakan seragam loreng kebanggaan, dengan dua bintang di pundaknya.

Anak itu kini dikenal sebagai Mayjen TNI (Mar) Supriyono, S.E., M.M. Perwira Tinggi TNI Angkatan Laut yang sejak 27 Mei 2025 dipercaya menjabat sebagai **Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Dagang (Ekkudag) Panglima TNI.

Lahir pada 5 April 1968 dari pasangan Harto Miharjo dan Surip, Supriyono tumbuh dalam keluarga sederhana yang hanya mengandalkan penghasilan dari bekerja di sawah.

Sejak kecil, ia terbiasa dengan kerja keras. Di sela-sela sekolah, ia membuat batu bata untuk membantu biaya pendidikan, menggembala kambing, hingga mengantar kerupuk ke Pasar Ambarukmo, Yogyakarta, setiap pagi buta pukul empat dengan sepeda tuanya.

“Kalau mau berhasil, jangan takut lelah,” begitu prinsip hidup yang ia pegang hingga kini.

Namun jalan menuju cita-cita tak selalu mulus. Tahun 1988, Supriyono sempat gagal dalam tes Bintara TNI-AD. Kegagalan itu tidak membuatnya menyerah.

Setahun kemudian, ia mencoba lagi, kali ini mendaftar ke AKABRI Laut dan memilih Korps Marinir. Usahanya berbuah hasil ia lulus pada tahun 1992 sebagai bagian dari AAL Angkatan ke-38.

Sejak itu, langkahnya tak pernah surut. Dari seorang perwira muda, ia perlahan menapaki tangga karier militer. Supriyono pernah dipercaya menjadi Komandan Denjaka (2015–2018), pasukan elite Marinir yang dikenal tangguh dan berdisiplin tinggi.

BACA JUGA   Tokoh Pemuda Apresiasi Muhammad Husein Fadlulloh Konsisten Dorong Pembentukan WUB

Ia juga sempat menjabat sebagai Wadankoopsus TNI (2021–2024), hingga akhirnya dipercaya menduduki jabatan strategis di jajaran Mabes TNI.

Perjalanan panjang itu tentu tidak ia tempuh sendirian. Ada sosok dr. Sri Yanti, sang istri, yang selalu mendampingi di setiap penugasan.

Kedua putrinya kini menempuh pendidikan kedokteran — satu di UNS Solo, satu lagi di UPN Veteran Jakarta. Keluarga, baginya, adalah jangkar kekuatan yang membuatnya tetap tegar di tengah gelombang tugas negara.

Di balik ketegasannya sebagai perwira Marinir, Supriyono dikenal memiliki sisi kemanusiaan yang kuat. Ia aktif dalam kegiatan sosial, membantu pembangunan masjid, serta peduli pada masyarakat sekitar.

Pendidikan dan pengalaman tugasnya pun panjang : mulai dari SESKOAL, SESKO TNI, hingga Lemhannas RI. Ia pernah ditugaskan di berbagai wilayah operasi, dari Timor Timur hingga Papua, bahkan pernah menjadi bagian dari Paspampres yang bertugas di berbagai negara seperti Prancis, Korea Selatan, dan Australia.

Kini, ketika banyak anak muda meragukan masa depan karena keterbatasan ekonomi, kisah hidup Mayjen TNI (Mar) Supriyono menjadi bukti nyata bahwa tidak ada mimpi yang terlalu tinggi bagi mereka yang berani berjuang.

Dari ladang yang sunyi di Klaten hingga ruang strategis di Mabes TNI, Supriyono menorehkan pelajaran berharga — bahwa jalan menuju keberhasilan bukan ditentukan oleh asal-usul, tapi oleh semangat pantang menyerah untuk menembus batas diri.

“Saya hanya anak buruh tani yang tak berhenti berusaha,”ucapnya dengan senyum tenang.

Dan dari kesederhanaan itulah, lahir seorang jenderal yang kini menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa. (***)

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *