Home / Opini / Peran Geopolitik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan di Indonesia Menggunakan Perspektif Teori Rudolf Kjellen
IMG-20251204-WA0014

Peran Geopolitik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan di Indonesia Menggunakan Perspektif Teori Rudolf Kjellen

Oleh : Yulia Andriyani
Mahasiswa Universitas Siliwangi

Tasikzone.com – Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam, mulai dari minyak, gas, batu bara, hingga hutan dan laut yang luas. Kekayaan ini tentu menjadi keuntungan besar, tapi juga tantangan. Jika tidak dikelola dengan baik, SDA bisa menjadi sumber konflik, kerusakan lingkungan, bahkan mengancam kedaulatan negara. Inilah mengapa geopolitik menjadi hal yang sangat penting. Dalam konteks global modern yang penuh persaingan, negara-negara berlomba mengamankan sumber daya alam sebagai modal pembangunan. Karena itu, Indonesia harus mampu menempatkan kekayaan alamnya bukan hanya sebagai komoditas, tetapi juga sebagai kekuatan strategis untuk mempertahankan posisi dan pengaruhnya.
Menurut Kjellen, negara ibarat makhluk hidup yang butuh ruang dan sumber daya untuk bertahan dan berkembang. Dengan perspektif ini, pengelolaan SDA di Indonesia tidak bisa cuma soal ekonomi. Negara harus memperhatikan posisi geografis, hubungan internasional, dan keamanan nasional. SDA bukan sekadar kekayaan, tapi juga alat strategis untuk memastikan Indonesia tetap kuat dan berdaulat. Konsep negara sebagai organisme menurut Kjellen menekankan pentingnya keseimbangan antara kemampuan negara mengelola ruang hidupnya dengan kekuatan internal untuk mempertahankan diri. Dengan memahami hal ini, kita dapat melihat bahwa SDA adalah unsur vital yang menyusun “tubuh negara”, sehingga pemanfaatannya harus dilakukan dengan penuh perhitungan jangka panjang.
Indonesia punya posisi geopolitik yang sangat strategis. Jalur perdagangan internasional seperti Selat Malaka, Laut Sulawesi, hingga Laut Natuna membuat pengelolaan laut dan energi sangat krusial. Eksploitasi berlebihan atau konflik maritim bisa mengancam stabilitas negara. Maka, pendekatan geopolitik dibutuhkan agar SDA dimanfaatkan dengan aman dan sesuai dengan kepentingan negara. Selain itu, posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar membuat jalur lautnya menjadi pusat aktivitas ekonomi dunia. Negara-negara besar memiliki kepentingan di kawasan Indo-Pasifik, termasuk dalam penguasaan sumber daya energi dan akses perdagangan. Karena itu, Indonesia harus mampu menunjukkan kehadiran negara dalam pengelolaan SDA, terutama di wilayah rawan sengketa seperti Natuna Utara.
Selain itu, SDA harus dikelola secara berkelanjutan. Jika negara ibarat organisme, maka SDA adalah “nutrisinya”. Penebangan hutan liar, pertambangan yang merusak lingkungan dan overfishing akan membuat negara “sakit”. Dengan pengelolaan berkelanjutan, SDA tetap produktif, lingkungan terlindungi, dan masyarakat bisa menikmati manfaatnya tanpa merusak ekosistem. Pengelolaan berkelanjutan bukan hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi negara dalam jangka panjang. Ketika sumber daya dibiarkan rusak, masyarakat akan kehilangan mata pencaharian, konflik horizontal dapat meningkat, dan negara menjadi rentan terhadap intervensi eksternal.

BACA JUGA   Proposal Pemakzulan Wali Kota Tasikmalaya akan segera di Susun Jaringan Rakyat Miskin

Banyak kebijakan pemerintah yang menunjukkan hal ini, misalnya moratorium hutan, pengelolaan hutan berbasis masyarakat, dan pengelolaan perikanan yang ramah lingkungan. Di sisi lain, penguatan kedaulatan di wilayah Natuna menegaskan bahwa strategi geopolitik dan keberlanjutan harus berjalan bersamaan. Dengan cara ini, SDA bisa dimanfaatkan maksimal tanpa mengorbankan lingkungan atau keamanan. Indonesia juga memperkuat diplomasi maritimnya melalui ASEAN dan kerja sama multilateral lainnya untuk memastikan wilayah laut tetap aman dari eksplorasi ilegal. Selain itu, pembangunan pusat komando militer dan pengawasan perbatasan menunjukkan bahwa pemerintah memahami pentingnya keseimbangan antara keamanan fisik dan keberlanjutan ekologi.

Selain kebijakan pemerintah, peran masyarakat juga penting. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, melakukan praktik pertanian dan perikanan berkelanjutan, serta ikut mengawasi eksploitasi SDA ilegal, akan memperkuat strategi geopolitik negara. Negara dan rakyat yang bekerja bersama ibarat organ dan sistem dalam satu organisme, jika sinergi ini berjalan baik, Indonesia akan lebih kuat menghadapi tantangan global dan tetap mampu menjaga SDA untuk masa depan. Masyarakat juga berperan dalam memastikan bahwa kebijakan berjalan efektif di lapangan. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas lokal menjadi fondasi penting untuk menciptakan model pengelolaan SDA yang inklusif dan adaptif.

Perspektif Rudolf Kjellen mengingatkan kita bahwa geopolitik dan keberlanjutan SDA saling terkait. Indonesia harus melihat SDA sebagai aset strategis yang tidak hanya mendorong ekonomi, tetapi juga menjaga kedaulatan dan masa depan lingkungan. Dengan pendekatan ini, Indonesia bisa tetap “sehat” sebagai negara yang kuat, mandiri, dan mampu menghadapi tantangan global, sambil memastikan sumber daya tetap bermanfaat bagi seluruh rakyat. Melalui penguatan tata kelola, peningkatan pengawasan, dan pemanfaatan teknologi modern, Indonesia berpeluang besar menjadi contoh negara yang berhasil menggabungkan geopolitik dan keberlanjutan dalam pengelolaan SDA.

Dengan memahami peran geopolitik menurut teori Kjellen, jelas bahwa pengelolaan sumber daya alam di Indonesia bukan hanya soal teknis, tetapi merupakan bagian dari strategi besar untuk memperkuat posisi negara secara global. Jika hal ini dijalankan dengan konsisten, Indonesia tidak hanya akan menjaga kekayaan alamnya, tetapi juga akan memperkuat kedaulatan serta memastikan keberlanjutan untuk generasi mendatang.

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *