Oleh : Desi Rahmawati Nurul Hasanah
Mahasiswa Universitas Siliwangi
Tasikzone.com – Laut tidak lagi sekadar ruang kosong biru di peta dunia. Dalam konteks geopolitik saat ini, lautan merupakan area vital yang mengandung kekuasaan, keamanan, dan sumber daya.untuk Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya terdiri dari perairan. Laut bukan sekedar batas geografis saja, melainkan juga menjadi medan strategis yang mempengaruhi kebijakan luar negeri dan pertahanan nasional.
Seperti halnya dalam Beberapa tahun terakhir ini, wilayah indo-pasifik kian menjadi sorotan global. Area yang membentang dari Samudra-hindia sampai pasifik ini bukan hanya rute pelayaran, tetapi juga arena besar untuk persaingan pengaruh dan kekuasaan global. Di Tengah perubahan tersebut, tiongkok muncul sebagai kekuatan maritim yang baru dan semakin percaya diri dalam menegaskan dominasi di laut.
Terutama lewat pengembangan militernya dan proyek belt and road initiative yang memiliki dimensi kelautan sangat kuat. bagi Indonesia kebangkitan sea power tiongkok bukan hanya sekedar isu yang jauh diluar batas territorial, melainkan suatu fakta yang secara langsung bersentuhan dengan kepentingan nasional. posisi strategis Indonesia yang terlentak diantara dua samudera dan dilalui oleh rute perdagangan internasional, menjadikannya sebagai elemen vital dalam peta geopolitik indo-pasifik. disinilah laut bukan lagi sekedar ruang ekonomi, melainkan juga sebagai arena pertarungan untuk pengaruh politik dan militer.
Dengan posisi geografis yang sangat strategis, Indonesia tidak cukup hanya mengamati. Kita dituntut untuk punya kecerdikan geopolitik agar tidak terseret arus kepentingan negara lain. Sebagai negara kepulauan terbesar Indonesia justru punya peluang besar untuk menjadi penentu arah dan penjaga stabilitas Kawasan,bukan sekedar negara dengan Kawasan yang menonton saja.
Menurut Alfred Thayer mahan, ada enam faktor yang menentukan kekuatan maritim suatu negara : letak geografis, kondisi fisik wilayah, Panjang garis Pantai, jumlah penduduk, kemampuan maritim Masyarakat, dan kebijakan pemerintah. negara yang mampu memadukan faktor-faktor ini akan muncul sebagai kekuatan dunia.
Dalam dua puluh tahun terakhir, tiongkok menunjukkan peningkatan signifikan dalam membangun kukuatan lautnya. arah kebijakan ini sejalan dengan teori sea power dari Alfred Thayer mahan,yang menekankan bahwa kejayaan sebuah negara sangat ditentukan oleh dominasinya dilaut. tiongkok tampaknya memahami betul teori tersebut.
mulai dari modernisasi armada laut, Pembangunan pangkalan militer di laut cina Selatan, reklamasi pulau buatan, hingga patrol kapal penjaga Pantai di wilayah-wilayah sengketa, semuanya menunjukkan ambisi besar untuk menguasai jalur -jalur strategis di indo-pasifik.
Dibalik kebangkitan sea power itu, ada paying besar Bernama Belt and Road Initiative (BRI), di mana jalur laut menjadi tumpuan utama pengaruh ekonomi tiongkok. Lewat investasi Pelabuhan,kerja sama maritim, dan konektivitas perdagangan, Beijing berusaha menguatkan jejaring yang bukan hanya bersifat militer, tetapi juga ekonomi dan politik.
Bagi Indonesia, situasi ini menimbulkan dilema. di satu sisi, tiongkok, merupakan mitra dagang besar dan investor penting. Namun di sisi lain, berbagai gesekan terutama di laut Natuna utara mengingatkan bahwa ekspansi maritim Beijing bisa mengancam kepentingan kita. insiden kapal ikan dan kapal penjaga Pantai tiongkok yang masuk ZEE Indonesia menjadi alarm bahwa kompetisi sea power ini bukan isu jauh,tetapi sesuatu yang bisa langsung menyentuh wilayah kita.
karena itu,memahami kebangkitan kekuatan maritim tiongkok bukan sekedar mengamati strategi negara lain. ini juga menjadi cermin bagi Indonesia. seberapa siap kita menjaga wilayah laut sendiri di Tengah perubahan geopolitik yang semakin cepat?
Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, kenyataannya kita belum sepenuhnya menjadi kekuatan maritim. Potensi kelautan yang begitu besar belum diimbangi dengan kemampuan menjaga atau mengelolanya secara maksimal.
Dari sisi pertahanan, persoalan utama terlihat dari keterbatasan infrastruktur pengawasan laut. Armada TNI AL memang terus berkembang, tapi belum sebanding dengan luasnya perairan yang harus dipantau. Kawasan strategis seperti Natuna, maluku, hingga perairan timur masih kekurangan radar, kapal patrol,dan pangkalan pendukung. Celah ini membuka peluang bagi pelanggaran wilayah dan berbagai aktivitas illegal.
Ketergantungan besar Indonesia terhadap jalur perdagangan laut juga membuat kita rentan terhadap instabilitas Kawasan. setiap ketegangan antara tiongkok dan negara lain di indo-pasifik bisa berdampak langsung terhadap keaman perdagangan kita. sementara itu, secara diplomatic Indonesia harus bejalan di garis yang sangat tipis. kita ingin menjaga hubungan ekonomi dengan tiongkok, tapi juga perlu berkolaborasi dengan AS, jepang, dan Australia untuk memastikan keamanan Kawasan.
sikap bebas aktif yang kita pegang membutuhkam ketegasan sekaligus kecermatan agar tidak terseret ke dalam blok manapun.
keseluruhan tantangan ini menunjukkan bahwa Indonesia harus segera memperkuat posisinya sebagai negara maritim. Untuk menghadapi kebangkitan sea power tiongkok dan dinamika indo-pasifik yang semakin cepat, Indonesia memebutuhkan strategi maritim yang betul-betul kuat bukan sekedar visi yang dituliskan di dokumen resmi.
Diplomasi harus lebih berani dan jelas arahnya. Indonesia perlu mengambil peran sebagai penengah yang dipercaya, mendorong kerja sama maritim yang menjaga stabilitas Kawasan ketimbnag memeperuncing konflik.
Disaat yang sama, pertahan laut perlu diperkuat. Pembangunan pangkalan strategis, modernisasi armada, dan sistem radar terintegrasi bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan. ini bukan soal bersaing,tetapi sola menunjukkan bhwa kita mampu menjaga halaman rumah sendiri.
Secara ekonomi, pengembangan ekonomi biru harus menjadi tulang punggung kebijakan maritim. potensi kelautan Indonesia terlalu besar untuk dibiarkan stagnan. Perikanan, energi laut, pariwisata Bahari semuanya harus dirancang sebagai sumber kesejahteraan baru memberi dampak langsung bagi Masyarakat.
kerja sama regional dengan negara negara yang punya kepentingan maritim yang sejalan juga harus diperkuat. tetapi kerja sama itu harus dilakukan tanpa melepas prinsip bebas aktif yang menjadi pegangan diplomasi Indonesia.
Dan yang paling penting, kesadaran Masyarakat tentang laut harus ditingkatkan.sebuah negara tidak bisa menjadi kekuatan maritim bial rakyatnya sendiri belum menempatkan laut sebagai bagian dari indentitas nasional.
Pada akhirnya Indonesia memang berada di Tengah pusaran kompetisi global yang semakin rumit. namun bukan berarti kita harus memilih salah satu poros kekuatan dunia. jalan yang lebih masuk akal Adalah menjaga posis sebagai negara yang menentukan arah, bukan sekedar mengikuti arus.
menghadapi kebangkitan sea power tiongkok tidak mengharuskan Indonesia membangun kekuatan yang serupa. yang kita butuhkan Adalah strategi cerdas, memperkuat kedaulatan, menjaga jalur perdagangan, dan memastikan laut Indonesia menjadi ruang aman bagi rakyatnya.
Laut Adalah masa dpen Indonesia. ia Adalah sumber kekayaan, jalur perdagangan, dan batas pertahanan kita. jika kita mampu mengelolanya dengan bijak dan menjaga kedaulatannya, laut akan menjadi kekuatan terbesar bangsa ini.indonesia harus percaya diri berdiri di tengah Samudra geopolitik dunia bukan sebagai pengikut kekuatan lain, tetapi sebagai negara yang tahu kemana ia ingin berlayar. (***)
Tasik Zone Kreativitas Muda Untuk Indonesia