Home / Opini / Ketahanan Ekonomi Indonesia Sebagai Organisme Hidup Dalam Tekanan Globalisasi : Teori Geopolitik Rudolf Kjellen
IMG-20251120-WA0006

Ketahanan Ekonomi Indonesia Sebagai Organisme Hidup Dalam Tekanan Globalisasi : Teori Geopolitik Rudolf Kjellen

Oleh : Salwa Alghafirin Budiman
Mahasiswa Universitas Siliwangi

Tasikzone.com – Di era globalisasi yang bergerak begitu cepat, Indonesia tengah memasuki fase penting dalam perjalanan geopolitiknya. Perekonomian Indonesia sedang berada pada tahap penting yang akan menentukan arah perjalanan bangsa ke depan. Kompetisi ekonomi antar negara, kekuatan teknologi global, hingga disrupsi pada rantai pasok dunia menciptakan kondisi baru yang menuntut cara pandang berbeda dalam menilai ketangguhan ekonomi nasional.

Dalam situasi seperti ini, gagasan Rudolf Kjellén dalam geopolitiknya melihat negara sebagai organisme hidup kembali mendapatkan relevansinya. Menurut Kjellén, negara adalah satu kesatuan yang berarti sebuah organisme hidup yang memiliki “kekuatan dan kemauan” untuk menyatukan semuanya. Bila negara diibaratkan sebagai tubuh, maka perekonomian berfungsi sebagai organ utama yang menjaga kelangsungan hidup dan harus tetap kuat meskipun tekanan dari luar berdatangan.

Tekanan dari globalisasi menempatkan Indonesia dalam berbagai masalah strategis. Tanggapan terhadap aliran barang dan investasi global sering kali bersifat reaktif, sedangkan ketergantungan pada ekspor bahan mentah terus menjadi kelemahan.

Struktur perekonomian yang belum sepenuhnya berfokus pada nilai tambah membuat Indonesia berfungsi sebagai pasar dan bukan sebagai pusat produksi utama. Di sisi lain, kompetisi teknologi global menuntut negara untuk tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga sebagai penggagas inovasi. Ketidakmerataan akses ekonomi antar daerah dan dominasi produk impor di e-commerce menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi negara belum kuat.

Melihat situasi yang ada, bahwa ekonomi Indonesia saat ini berada pada fase “organisme yang sedang tumbuh,” tetapi belum sepenuhnya bertransformasi menjadi organisme tangguh yang dapat mengatasi guncangan besar.

Ketergantungan pada bahan mentah menjadikan stabilitas ekonomi nasional sangat rentan terhadap perubahan harga di pasar global. Kesenjangan dalam teknologi masih menghambat kemampuan industri lokal untuk berkembang. Sementara itu, UMKM yang menjadi fondasi ekonomi belum sepenuhnya mendapatkan dukungan yang setara di tengah serbuan produk asing yang semakin intensif. Semua ini menunjukkan bahwa ada bagian-bagian ekonomi yang belum berfungsi secara maksimal.

Upaya peningkatan ketahanan ekonomi saat ini menjadi hal yang sangat penting. Sebagaimana kita tahu bahwa ekonomi segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Reindustrialisasi nasional yang berbasis pada nilai tambah menjadi langkah krusial agar Indonesia tidak tetap terjebak di posisi paling bawah dalam rantai produksi.

Pengembangan sektor pengolahan mineral, manufaktur yang strategis, serta pertanian modern merupakan langkah penting untuk memastikan Indonesia bisa mengelola sumber daya sendiri dan tidak hanya mengandalkan ekspor bahan mentah. Transformasi digital juga perlu difokuskan pada kemandirian teknologi.

BACA JUGA   Pemimpin Muda Di Kabupaten Tasikmalaya, Kebutuhan Zaman Now

Indonesia perlu memperkuat peraturan mengenai platform asing, mengembangkan teknologi dalam negeri, dan menciptakan ekosistem startup yang kompetitif agar dapat berfungsi tidak hanya sebagai pasar digital, tetapi juga sebagai penghasil inovasi.

Penguatan UMKM menjadi sangat penting karena sektor ini layaknya pembuluh darah yang menyuplai tenaga ekonomi hingga ke daerah terpencil. Dukungan dalam hal pembiayaan, akses ke pasar, dan pendampingan dalam digitalisasi perlu diperluas agar mereka tidak kalah bersaing dengan produk impor yang murah.

Lebih dari itu, target besar untuk mencapai kedaulatan pangan dan energi harus terus diupayakan. Krisis global yang terjadi beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa negara yang bergantung pada impor pangan dan energi mudah terjerat dalam kerentanan jangka panjang. Indonesia perlu memperkuat kapasitas produksi dalam negeri melalui hilirisasi sektor pertanian, pengembangan energi terbarukan, hingga pengolahan biofuel.

Potensi generasi muda yang besar perlu diarahkan melalui pendidikan keterampilan, peningkatan kemampuan digital, dan pengembangan sektor ekonomi kreatif. Jika tidak memanfaatkan potensi tersebut, perekonomian Indonesia hanya akan memiliki cadangan energi yang tidak pernah digunakan secara optimal. Dalam perkembangan terkini, cara baru untuk memahami dinamika ini: memandang perekonomian sebagai ekosistem kehidupan suatu negara.

Dalam pandangan ini, ekonomi dipahami bukan sekadar sebagai mesin penggerak pertumbuhan, tetapi sebagai sistem hidup yang perlu beroperasi dalam keseimbangan, mampu beradaptasi, dan berkelanjutan. Seperti halnya ekosistem yang sehat, ekonomi harus tahan terhadap perubahan di sekitarnya, mampu melakukan diversifikasi, dan menjaga keseimbangan antara berbagai sektor.

Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Kjellén yang menekankan bahwa negara bukan hanya sebuah mesin administrasi, tetapi merupakan entitas hidup yang memerlukan ketahanan dari dalam. Tekanan dari globalisasi yang tidak dapat dihindari membuat Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonomi agar bisa menentukan masa depannya. 

Ekonomi yang kuat bukan hanya diukur dari ukuran, tetapi dari kemampuannya bertahan dan mandiri. Fokus utama harus pada reindustrialisasi, transformasi digital, pemberdayaan UMKM, serta penguatan sektor pangan dan energi.

Melihat perekonomian Indonesia sebagai organisme hidup menekankan bahwa ketahanan adalah proses untuk menciptakan kekuatan yang berkelanjutan. Dengan membangun ekonomi yang sehat dan berdaya saing, Indonesia dapat menghadapi globalisasi sebagai negara yang berkembang dan mandiri di dunia internasional. (***)

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *