Home / Sosial & Budaya / Yayasan Sunda Ngahiji Rayakan Milangkala ke-8, Teguhkan Komitmen Lestarikan Budaya
IMG-20251108-WA0015

Yayasan Sunda Ngahiji Rayakan Milangkala ke-8, Teguhkan Komitmen Lestarikan Budaya

Tasikzone.com – Yayasan Sunda Ngahiji (YSN) kembali menegaskan komitmennya dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal Sunda. Dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke-8, YSN menggelar perayaan budaya di kawasan wisata Situ Cibeureum, Kota Tasikmalaya, sabtu (08/11/2025)

Salah satu tradisi utama yang menjadi ciri khas perayaan ini adalah “Ngertakeun Cai”, sebuah prosesi sakral yang memadukan air dari sejumlah mata air di wilayah Priangan Timur, mulai dari Ciamis, Garut, Banjar, Banjarsari hingga Pangandaran. Tradisi tersebut menjadi simbol rasa syukur atas melimpahnya sumber kehidupan sekaligus lambang persatuan masyarakat Sunda dari berbagai daerah.

Selain Ngertakeun Cai, berbagai kesenian tradisional Sunda turut memeriahkan acara, seperti Pencak Silat, Debus, Lais, dan pertunjukan budaya lainnya. Seluruh kegiatan ini dirancang untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga warisan leluhur serta memperkuat identitas kesundaan di tengah arus modernisasi.

Ketua Masyarakat Adat Jawa Barat, Jajang Sanaga, yang hadir dalam kesempatan tersebut didampingi Ketua Yayasan Sunda Ngahiji, Kayat, menyampaikan bahwa prosesi Ngertakeun Cai memiliki makna mendalam bagi masyarakat adat Sunda.

“Acara ini sangat sakral karena mengandung nilai warisan leluhur. Ngertakeun Cai merupakan simbol penyatuan air dari berbagai penjuru tatar Sunda, sebagai lambang persaudaraan dan kesatuan,” ujar Jajang.

Ia menambahkan, simbolisasi air dari 33 mata air kharomah yang disatukan di Situ Cibeureum melambangkan persatuan antara Tasikmalaya dan wilayah-wilayah sekitarnya yang memiliki akar budaya yang sama.

BACA JUGA   Milangkala Tasakur Ke 7, Jaga Tradisi Orang Tua Dengan Ngubek Balong

“Meskipun secara administratif kita terpisah, tapi secara budaya dan kesundaan kita tetap satu. Situ Cibeureum menjadi saksi kebersamaan itu,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Jajang juga menegaskan pentingnya regenerasi dan pewarisan nilai-nilai adat Sunda kepada generasi muda. Menurutnya, falsafah someah hade kasemah, talaru paragi, dan paranti harus tetap dijaga sebagai jati diri masyarakat Sunda.

“Warisan leluhur bukan sekadar tradisi, tapi juga pedoman hidup. Nilai-nilai seperti kesabaran, gotong royong, dan rasa hormat adalah bagian dari karakter Sunda yang harus terus dihidupkan,” tuturnya.

Perayaan yang dihadiri berbagai komunitas adat dari dalam dan luar Jawa Barat itu juga menjadi ajang silaturahmi antarbudaya. Bahkan, perwakilan masyarakat adat dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, hingga Bali turut hadir, menandakan kuatnya semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam perayaan tersebut.

Menurut Jajang, keberagaman budaya bukanlah penghalang, melainkan kekuatan bangsa yang berakar dari kearifan lokal.

“Tidak akan ada negara tanpa masyarakat adat. Sebelum republik ini berdiri pada 1945, kearifan lokal sudah lebih dulu menjadi dasar kehidupan masyarakat,” katanya.

Ia berharap, melalui kegiatan ini masyarakat semakin mencintai budaya sendiri dan ikut menjaga keberlanjutannya.

“Milangkala ke-8 ini menjadi momentum bagi kita semua untuk kembali menyatu dalam semangat Sunda Ngahiji. Dengan niat yang bulat dan tekad yang panjang, kami ingin terus melestarikan budaya sebagai identitas dan kekuatan bangsa,” tutupnya. (Gal)

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *