Home / Opini / Rindu Kekasih Ilahi
RINDU KEKASIH ILAHI

Rindu Kekasih Ilahi

Oleh: Rifyal Luthfi MR.

Masa berlalu tanpa sadar dan terasa, kain putih berubah lusuh dan tercela. Makna kain putih di sini adalah diri yang setiap hari selalu dikotori dengan noda-noda serta dosa. Mengenang dan menjadikan pelajaran masa lalu pada diri ini adalah sebuah keniscayaan bagi setiap insan. Perbaikan diri dimasa yang akan datang sebuah keharusan yang mesti kita laukan.

Begitupun masa lalu yang menjadi pelajaran berharga bagi kita, yakni peristiwa sejarah yang luar biasa pada tanggal 12 Rabi`ul awal lahirlah seorang utusan Allah, yakni Muhammad Al-Mustofa Rasulullah saw.

Sebuah kisah klasik yang luar biasa pra dan pasca kelahirannya banyak terjadi peristiwa yang selama ini kita ketahui melalui sirah Nabawiyahnya. Tentunya kecintaan kita setelah mengetahui sejarah perjuangan akan meningkat sehingga akan timbul rasa kerinduan kita padanya.

Sebuah kisah yang menjadikan diri ini merasa malu yakni, dahulu di masa Rasulullah saw., di dalam Masjid Nabawi yang mulia, ada sebatang pohon kurma tepat di bagian depannya. Di batang pohon kurma ini jika Rasulullah khutbah, taklim atau membacakan wahyu, beliau sering bersandar, bertelekan atau memeluknya.

Sampai kemudian para sahabat membangunkan untuk sebuah mimbar, agar Rasulullah bisa berbicara dengan posisi yang lebih baik menurut sahabat. Setelah beberapa waktu beliau berceramah di atas mimbar, suatu ketika Rasulullah melewati pohon kurma ini untuk menuju mimbar. Dan apa yang terjadi? Pohon kurma ini terdengar menangis merintih sedih. Ini salah satu mukjizat Nabi. Pohon kurma menangis karena rindu Nabi.

Pohon kurma ini menangis tak terdiamkan. Lalu Rasulullah turun dari mimbar dan memeluknya, melepas urai kerinduan pohon kurma pada beliau. Kata Rasulullah, “Sungguh jika aku tak memaluknya, niscaya tangisannya akan terdengar sampai hari kiamat datang. Duhai betapa rindunya kurma itu!

Sungguh kita kaum muslimin lebih berhak merindukan Rasulullah ketimbang sepucuk pohon kurma. Sudahkan kita merindukan beliau, jauh melebihi pohon kurma itu?

Kemudian sang muadzin Bilal menjelang wafatnya didampingi istrinya yang menangis sedih. Tapi raut muka bilal yang indah, justru nampak berbahagia. Istrinya sedih karena merasa seakan berpisah dengan Bilal selamanya. Sementara bilal berbahagia, karena dia merasa akan segera berjumpa dan bertemu dengan kekasihnya, manusia mulia yang tercinta; Rasulullah saw.

Tak luput dari hati kita juga seorang sahabat Abubakar ra. yang mulia pernah berkata, jika aku mati nanti, tak seorangpun bisa melihatku. Sungguh bagiku malam-malam yang paling bahagia bagiku adalah malam kematianku. Karena aku segera bertemu denganmu, duhai Rasulullah (HR. Ahmad).

BACA JUGA   Hari jadi Kota Tasikmalaya Harus Menjadi Momentum Refleksi dan Evaluasi

Bagi Abubakar ra., kerinduan pada Rasulullah benar-benar memanggang dan membakar dirinya. Belahan jiwanya itu telah terpisah. Karena Al-Wasithi pernah menuliskan, “Penyebab kematian Abubakar adalah wafatnya Nabi saw.” sepeninggal beliau, Abubakar selalu dirundung rindu Rasulullah.

Allahuma shalli ala Sayyidina Muhammad saw. kami rindu padamu ya Rasulullah, sangat rindu. Kutulis ini dengan genangan air mata rindu yang tak tertahankan oleh pelupuknya.

Abdullah bin Mas`ud punya cara tersendiri untuk mencintai dan membunuh rindunya pada Rasulullah saw. cara hebat nan dahsyat. Ibn mas`ud selalu membawa sandal Rasulullah saw. tidaklah sandal Rasulullah dilepas kecuali selalu dibawa dan dikempit di antara lengannya. Duhai betapa dahsyatnya rindu itu.

Rasulullah pun memiliki kerinduan yang sama besar pada para sahabatnya. Satu persatu disebut namanya dan diberi julukan yang mulia. Rasulullah kerap sekali memanggil mereka untuk bermusyawarah. Selain untuk memutuskan perkara, beliau juga sangat rindu duduk di dalam majelis bersama para sahabatnya tercinta. Kata Aisyah ra.” Aku tidak pernah melihat orang yang sangat suka dan banyak bermusyawarah melebihi Rasulullah.”

Rasulullah juga rindu pada kita. Buktinya, setelah bumi digulung, langit diruntuhkan, dan semua diselesaikan, Allah membangkitkan ruh Rasulullah saw. lalu kalimat pertama yang keluar dari beliau setelah dibangkitkan adalah,” Aina ummati? Mana umatku ya Allah.” Semoga kita termasuk umat beliau.

Baris-baris kalimat ini ditulis sebagai sebuah luapan rindu pada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, salam dan shalawat kami panjatkan, semoga Allah senantiasa memberikan kemuliaan. Dan kami yakin, teramat yakin, Allah juga akan menyampaikan kerinduan kami padamu. Salam kami untukmu, wahai Nabi akhir zaman. Allahuma shalli ala sayyidina Muhammad.

)* m al # Segenggam untaian rindu untukmu ya Rasulullah…
Terukir di hatiku, terpancang di dadaku, tergores di qolbu
Terucap tanpa sadar dari mulut yang sendu
Kuingin berjumpa denganmu ya Rasul
Rasa rindu ini tak tertahan lagi
Memanggil namamu disetiap waktu
Kuingin bersamamu hingga diakhir nanti
Doa dan puji bagimu ya Rasul
Kupanjatkan kumohonkan pada Allah yang kuasa
Cintaku harapanku kan tetap abadi
Tak goyah dan layu
Teruntuk Nabi kekasih Ilahi……

Hasbunallah Wani`mal wakil

About admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *