Home / Opini / Bersahabat dengan Malaikat
BERSAHABAT DENGAN MALAIKAT

Bersahabat dengan Malaikat

Oleh Rifyal Lutfhi

Malaikat adalah hamba Allah swt. yang sangat dekat kepada-Nya “Al-Malik”, yaitu Maharaja. Oleh karena itu, hamba ini disebut-Nya sebagai malaikat yang sangat kuat unsur-unsur ketuhanan yang melekat padanya.

Dalam makna Bahasa, kata malaikat berasal dari kata “Malaka” yang artinya memiliki, menguasai, dan memerintah. Sedangkan malaikat dalam bentuk tunggalnya “ Malakun” yang jamaknya “ Malaikatun”.

Sebagimana dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, bahwa malaikat adalah hamba Allah yang berada pada kelompok tertinggi (al-mala` al-a`la). Yakni, suatu alam yang halus, termasuk hal-hal yang ghaib, dan tidak dapat dicapai oleh panca indra. Mereka tidak termasuk dalam golongan makhluk yang wujud jasmaniahnya dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan. Mereka hidup dalam suatu alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini. Oleh sebab itu, tidak dapat dicapai oleh pandangan kita. Merekapun disucikan dari syahwat-syahwat hewaniah, terhindar sama sekali dari keinginan-keinginan hawa nafsu, dan terjauh dari perbuatan-perbuatan dosa dan kesalahan.

Firman Allah swt.: “Dan hanya kepada Allah bersujud apa yang ada dilangit dan segala makhluk yang melata di bumi serta para malaikat, dan mereka (para malaikat) itu tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka, serta melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka.” (Qs. An-Nahl: 49-50)

Sabda rasulullah saw.: “Para Malaikat itu telah diciptakan dari nur (cahaya), sedangkan jin telah diciptakan dari percikan/nyala Api (HR. Muslim)

Dari hadits tersebut dapat difahami bahwa malaikat adalah hamba Allah yang diciptakan dari unsur ketuhanan, yaitu nur Allah, mereka juga sebagai utusan Allah, bukan laki-laki, bukan perempuan dan bukan banci. Mereka ditakdirkan secara mutlak oleh Allah memiliki ketaatan yang tinggi dalam menjalankan tugas dititahkan kapadanya.

Malaikat itu tidak seperti manusia yang suka makan, minum, tidur, dan berjenis kelamin laki-laki atau wanita. Mereka mempunyai suatu alam yang tersendiri, tidak dihinggapi oleh sifat yang biasa diterapkan terhadap manusia. Namun mereka mampunyai kekuasaan dapat menjelma dalam rupa manusia atau lain bentuk yang dicapai oleh rasa dan penglihatan.

Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Umar, diceritakan bahwa malaikat jibril as. menampakkan diri di hadapan Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya yang menjelma seorang laki-laki yang berpakaian serba putih dan berambut hitam. Beliau mengajarkan prinsip-prinsip agama Islam, yaitu Kaeislaman, keimanan dan keihsanan.

Dalam teologi Ahli sunnah wal Jama`ah, ada sepuluh malaikat yang harus diimani, yaitu Jibril as., Mikail As., Israfil As., Izrail As., Raqib As., Atid As., Munkar As., Nakir As., Malik As., dan Ridwan As. juga masih banyak malaikat yang lain, kesepuluh malaikat inilah yang telah diakui secara masif didunia sunni, dan tugas-tugasnyaun secara gambalang dapat diketahui dari al-Quran dan as-Sunnah.

BACA JUGA   Jangan Takut dan Bersedih

Secara garis besar, tugas para malaikat Allah swt. dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni: Pertama, yang bertugas di sisi Allah (Qs. Al-A`raf:206). Kedua, yang bertugas di alam ghaib (Qs. Ar Ra`d: 23-24). Ketiga, yang bertugas di dunia dan menjalin hubungan dengan manusia, yakni malaikat yang menyampaikan wahyu kepada para nabi yaitu jibril As., yang bergelar Ruh al-Amin dan Ruh al-Qudus. Sebagaimana firman Allah swt:” katakanlah, “Ruh al-Qudus telah menurunkan al-Quran dari Tuhanmu dengan benar..(Qs. An-Nahl:102)

Lantas bagaimana sekarang dengan tugas malaikat jibril As., apakah beliau telah selesai bertugas? Tentu saja tidak. Karena, apabila dalil di atas tersebut hanya difahami secara historis, tentu saja tugas beliau hanya terbatas pada para nabi dan rasul. Namun, apabila difahami secara hakikat, beliau tetap menjalin hubungan dengan orang-orang yang bertaqwa, sholeh, sebagai ahli waris para nabi dan rasul.

Sebagai bukti keberadaan malaikat di sekitar kita yakni, adanya para malaikat yang mendoakan orang-orang mukmin pada pagi hari yang selalu menginfakan hartanya dijalan Allah (HR. Muslim), kemudian malaikat yang hadir pada sholat subuh dan Asar. (Qs. Al-Isra:78). Mereka kadang-kadang dapat menampakkan diri dalam bentuk manusia dan berupa cahaya yang dapat dilihat dengan mata lahir. Kemungkinan juga mereka dapat menampakkan keberadaaannya melalui mimpi atau pandangan mata batin. Tentu saja, semua itu tidak mungkin terjadi, jika tidak atas izin Allah swt.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah mungkin setelah kenabian, seseorang dapat bertemu dan bersahabat dengan para malaikat Allah? Jika diperhatikan secara mendalam pesan-pesan dan hadits Rasulullah saw., maka sangat mungkin seseorang dapat mengenal lebih dekat atau bersahabat dengan malaikat dengan cara memahami dan mengenal lebih dekat siapa mereka itu, baik melalui studi teoretis, praktis, maupun empiris.

Ada tiga cara yang harus dilakukan untuk mewujudkan jalinan ruhani yang bersifat empiris dengan malaikat, yakni: Pertama, memahami dan menghayati perbuatan, sifat, dan esensi para malaikat Allah melalui studi dan bimbingan al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya melalui peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah shalat, puasa, dzikir, do`a dan membaca al-Quran. Ketiga, berdo`a secara khusus memohon kepada Allah agar berkenan mempertemukan dengan para malaikat-Nya, serta memperbanyak sholawat, bersalam, dan bertabaruk sebagaimana halnya bersalawat, bersalam dan bertabaruk kepada Rasulullah saw.

Mudah-mudahan Allah swt. selalu membimbing dan melindungi kita dari kesalahan dan tipu daya dalam proses penyempurnaan keimanan dan keislaman kita. Aamiin.

Hasbunallah Wani`mal wakil

About admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *